The first of the Xar & Vichattan was published in Indonesian language in 2009 and then revised version was published along with Xar & Vichattan box set in 2012.
The blurb in the original version is:
Peperangan antar Kuil Xar dan Vichattan berhadapan dengan Kuil Kegelapan tidak terhindarkan. Pasukan Kegelapan mulai mendekati Desa Cimea. Sementara itu pasukan Xar dan Vichattan yang telah mengetahui gelagat itu mulai mengungsikan penduduk dan berjaga-jaga.
Tapi perang kali ini tampaknya berlangsung tidak seimbang. Xar dan Vichattan tidak lagi didukung kekuatan Cahaya yang telah hilang seiring hancurnya Kuil Cahaya tujuh tahun yang lalu. Satu-satunya cara untuk mengimbangi Kuil Kegelapan adalah dengan membangun kembali Kuil Cahaya.
Namun untuk menegakkan kembali Kuil Cahaya tak semudah membalikkan telapak tangan. Hanya orang terpilih saja yang dapat membangkitkan kembali Kuil Cahaya. Akhirnya Dalrin, Gerome, Kara dan Antessa ditunjuk oleh roh Cahaya masa lalu sebagai ahli waris Kuil Cahaya. Penduduk Xar dan Vichattan tidak ada yang percaya mendengar berita itu. Mereka hanya empat orang anak kecil, tapi diberi tugas yang sangat berat. Sekarang mereka mau tidak mau harus menjalankan tugas itu demi membangun kembali kekuatan Cahaya dan mengalahkan Kegelapan.
The blurb on the revised version is:
Nyanyian merdu yang semula terdengar sayup-sayup sekarang terdengar semakin keras dan semakin keras di telinga mereka masing-masing.
Di dalam Cahaya Ku Menanti
Datanglah … Datanglah …
Kaulah yang Terpilih
Sentuhlah … Sentuhlah …
Seperti terhipnotis, Gerome, Antessa, Kara, dan Dalrin perlahan menjulurkan tangan mereka hendak menyentuh tongkat putih bercahaya itu. Perlahan keempat anak itu semakin mendekat. Cahaya putih memenuhi pandangan dan pikiran mereka. Sesuatu yang luar biar biasa terjadi. Dalam sekejap ruangan dan waktu berpindah. Kini mereka berada di tempat yang asing. Suatu tempat di mana ruang tidak mempunyai batas.
***
Peperangan antara Kuil Xar dan Vichattan melawan Kuil Kegelapan tidak mungkin dapat dihindari. Pasukan Kegelapan mulai mendekati Desa Cimea. Sementara ini, pasukan Xar dan Vichattan yang telah mengetahui gelagat itu mulai mengungsikan penduduk dan berjaga-jaga. Tetapi perang kali ini tampaknya berlangsung tidak seimbang. Xar dan Vichattan tidak lagi didukung kekuatan cahaya yang telah hilang seiring hancurnya Kuil Cahaya tujuh tahun yang lalu.